Saturday, February 11, 2012

Harvest Time

Hari ini jadwalnya aku pulang ke rumah di jepara. Sebelumnya aku di semarang ada urusan buat daftar ulang. Daftar ulangnya hari jumat kemaren. Aku pulang dari kontrakan sekitar jam 4 sore. Suasana saat itu cerah, terik, panas, tapi udah ada tanda-tanda mau hujan pula. Di jalan aku ngemudikan my lovely vehicle slowly banget. Haha maklum lah kita anak ga suka ngebut-ngebut. Di jalan suasananya juga udah ramai lancar because its time nya orang pabrik pada pulang. Kalau dilihat-lihat di semarang tu ga begitu beda dengan di kudus. Banyak orang-orang yang bekerja di pabrik. Maklum lah semarang sama kudus kan punya pabrik-pabrik besar karyawannya pun banyak pula. Di semarang punya pabrik jamu terbesar, di kudus punya pabrik rokok besar. Sungguh punya karakteristik yang hebat pula.

Perjalanan pulang udah mencapai setengah perjalanan menuju kampung tercinta. tepatnya sampai di jalur lingkar demak. Di samping kanan-kiri tampak padi-padi yang sudah kuning merunduk. Itu artinya masa panen sedang berlangsung. Banyak banget pekerja di sawah yang memanen padinya tadi. Mereka terlihat sangat semangat sekali menjalani masa panen ini. Begitu pula para petani yang sudah menanam, mengairi, dan memanen. Setelah menanti masa-masa panen sekitar 3 bulan akhirnya para petani bisa tersenyum lebar. Melihat ladang yang sudah lama mereka tanam dan sekarang sudah kuning merunduk rasanya segala jerih payah yang mereka lakukan terbayar sudah. Kini tinggal saatnya menikmati hasilnya.

Di daerah demak tepatnya di desa bakung juga seperti itu. Banyak sekali pekerja yang memanen padi. Di kanan-kiri jalan tersebar padi-padi yang sudah menguning. Petani dan semua pekerja semangat sekali memanennya. Sudah petang dan hasil panen mereka sudah menunggu di samping kanan dan kiri jalan untuk segera diangkut. Tampak ekspresi lelah para petani dan para pekerjanya itu. Dibalik lelah yang mendera mereka, terlihat senyam dan bahagia yang tiada tara.

Panen saat ini adalah rezeki untuk kerja keras dan pengorbanan mereka selama ini. Semuanya hanya untuk sang anak, mereka tentu melakukan yang terbaik untuk anak mereka. Untuk pendidikan terutama. Walaupun sebagian besar dari anak-anak petani hanya lulus sampai sd, smp, atau sma. Jarang sekali anak-anak mereka sampai mengenyam di perguruan tinggi. Mohon maaf kalau anda tersinggung. Tapi inilah kenyataannya. Mereka sudah men-judge anak mereka kalau kuliah itu butuh dana yang besar. Para petani ini sudah berpikir menyerah bahwa mereka merasa tidak mampu menanggung beban kuliah anak. Ini juga benar. Tapi kalau di jalani dan pengorbanan untuk sang anak dengan ikhlas maka akan dimudahkan segalanya. Karena kita tidak tahu bagaimana nasib kita kelak.

No comments:

Post a Comment